Kamis, 08 September 2011

Tendangan Dari Langit








Ia loncat menghindari sepasang kaki yang mengganggunya, goyang sedikit bola di tanah dengan gerakan kaki lincah yang memperdaya kawannya, dan.. GOL. Pakliknya manggut-manggut dari kejauhan.

Wahyu (Yosie Kristanto), seorang remaja yang tumbuh di Bromo ini, mempunyai kemampuan sepak bola tiada banding untuk remaja seusianya. Ia meluapkan segala kegembiraannya disetiap detik ia menggiring bola. Namun lupakan segala keceriaan terhadap perkara olahraga itu di rumah. Bila itu terjadi, Darto (Sujiwo Tedjo), ayahnya yang seorang penjaja minuman hangat keliling di Bromo, akan segera “membantainya”. Inilah kegetiran yang selalu menyergap hati dan pikiran Wahyu. Darto pun punya segudang alasan mengapa ia selalu mengucapkan “Bal-balan meneh??!” dengan biji mata yang hampir keluar, tiap mendapati anaknya pulang ke rumah sehabis main sepak bola.

Kecintaannya terhadap sepak bola tidak bisa ia tinggalkan begitu saja (ini juga malah demi ayahnya). Hasan (Agus Kuncoro) pakliknya, membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi Wahyu untuk tetap menyalurkan bakatnya tersebut dengan menjadikannya pemain cabutan ditiap pertandingan antar kampung dengan imbalan yang tidak sedikit.

Lain lagi di sekolah. Wahyu mendapat hiburan lain dengan adanya sosok—yang menurutnya luar biasa—Indah (Maudy Ayunda). Apalagi ia juga punya Mitra (Jordi Onsu), Purnomo (Joshua Suherman) dan Meli (Natasha Chairani), ketiga teman dekatnya yang gemblung.

Kisah romannya—dengan lika-liku ala remaja—bersama Indah, membuat pada suatu hari ia bisa bertemu dengan Timo (Timo Scheunemann), pelatih Persema Malang klub favoritnya; bahkan Irfan Bachdim yang ia puja-puja, juga Kim Kurniawan. Dalam keberuntungan yang lebih jauh lagi—lewat proses yang amat mengharukan bersama ayahnya—ia ditawari untuk tryout bersama Persema Malang. Tentu saja, lagi-lagi Wahyu dihadapkan pada terjangan-terjangan yang siap menjungkalkannya.

Tema yang diangkat Hanung Bramantyo ini dibuat dalam momen yang cukup tepat. Kita tentunya masih ingat betapa luar biasanya daya magnet dari piala AFF beberapa waktu lalu. Dan inilah yang coba dimanfaatkan oleh Hanung dan penulis naskah Fajar Nugros. Kali ini Zaskia Adya Mecca dipercaya untuk memilih pemain dan hasilnya, lebih dari dua jempol. Yosie Kristanto yang menjalankan debutnya, jauh dari kata canggung dan berhasil menampilkan akting alami yang luar biasa. Hal ini juga didukung karena ia punya partner maut bersama Sujiwo Tedjo yang berperan sebagai ayahnya. Untuk Sudjiwo Tedjo, tak banyak berkata-kata lagi, anda memang seorang seniman besar. Agus Kuncoro menurut saya juga masih dalam jajaran aktor Indonesia yang aktingnya kelas wahid. Pun harus saya akui, baru kali ini saya terkesan dengan akting dari Joshua Suherman. Kali ini ia berhasil lucu. Dan untuk Jordi Onsu, lebih baik anda terus menjaga (atau meningkatkan) kualitas akting seperti ini, karena anda berada di jalur yang cukup tepat.

Keindahan yang benar-benar luar biasa megah dari Bromo juga bisa dinikmati lewat Tendangan Dari Langit. Applause untuk Faozan Rizal yang sanggup mengeksplorasi ciptaan tuhan ini dengan begitu brilian. Oiya, tatanan musik dari Tya Subiakto hanya membuat film ini jadi lebih luar biasa (tapi saya cukup kaget juga di salah satu scene seperti mendengar Video Killed the Radio Star).

Pengalaman dan kemampuan mumpuni dari semua orang yang berpartisipasi dalam Tendangan Dari Langit membuat saya mengucap syukur, karena bertambah lagi koleksi film Indonesia yang amat mengagumkan.












4,5/5