Ekspektasi rendah dan sebelah mata, sekelebat menghampiri pikiran saya setelah melihat cover dan judul film garapan Alexander Aja ini. Ah tapi ternyata, saya harus belajar untuk tidak menganggap remeh suatu apapun sebelum memang mencobanya sendiri.
Alexander Aja mendaur ulang film Piranha, yang dulu disutradai Joe Dante yang dirilis pada tahun 1978, dan memiliki sekuelnya berjudul Piranha 2 pada tahun 1981 yang disutradai James Cameron.
Film ini mengisahkan tentang ditemukannya kembali populasi ikan piranha yang telah punah dua juta tahun yang lalu karena terjadi gempa di danau Victoria, Arizona. Ikan-ikan ganas yang terkungkung selama ribuan tahun ini akhirnya keluar dan siap memangsa siapa saja yang ada dihadapan mereka. Mereka menjadi mesin pembunuh yang sangat mengerikan.
Bak gayung bersambut, ternyata di Danau Victoria sedang digelar acara pesta bikini terbesar menyambut liburan musim semi. Jelas saja perempuan-perempuan mulus itu menjadi bahan makanan yang sangat menggairahkan ribuan ikan buas nan kejam itu.
Mengetahui munculnya kembali ikan piranha yang berkoloni di danau Victoria, sheriff Julia Forester (Elisabeth Shue), Deputi Fallon (Ving Rhames) dan rekan-rekan lainnya memerintahkan agar pesta di danau itu dihentikan dan segera naik dari air. Tapi para muda-mudi tersebut tak mau mendengarkan ultimatum yang diberikan, dan benar saja, satu per satu dari mereka mulai disantapi, digigiti ikan purba buas itu sampai benar-benar habis. Danau Victoria berubah menjadi danau darah yang mengerikan dengan potongan daging yang cuil bertebaran dan mayat-mayat yang bergelimpangan dengan tubuh tak utuh lagi.
Di sisi danau yang lain, anak Julia, Jake Forester (Steven R. McQueen) yang sedang menemani sutradara Derrick Jones (Jerry O'Connell) syuting bersama para wanitanya Danny (Kelly Brook) dan Crystal (Riley Stelee), juga dilanda bahaya yang sama. Mereka terjebak dalam kapal yang macet dan dikelilingi pirahna yang lapar bersama adik-adik Jake dan kekasihnya Kelly (Jessica Szohr).
Alexander Aja berhasil mengubah danau Victoria menjadi tempat wisata paling mengerikan. Jeritan ketakutan dan banjir darah ditabur indah dalam setiap scenenya. Saya sangat menyukai make up gory yang seperti terlihat sangat alami, seperti potongan tubuh yang terkoyak dalam film ini. Jalan cerita yang sederhana dan mudah ditebak tak saya pedulikan karena saya menikmati kengerian yang ditawarkan. Aja berhasil membuat kedua mata saya terbelalak, dan sesekali kaget dengan aksi brutalnya, sekaligus berhasil membuang jauh semua keraguan dalam film yang ditawarkannya kali ini.
8,9/10
Sebenarnya ini adalah termasuk salah satu film yang juga saya tunggu-tunggu lo. Tapi... karena bioskop ditempat saya belum memutarnya hingga saat ini, terpaksa saya hanya menunggu versi dvd-nya saja. Soal sadis dan berdarah-darah , sutradara Aja memang salah satu rajanya. Mau gimana lagi, coba cek karyanya yang bikin kita jadi ketagihan seperti Haute Tension sama remake the Hills Have Eyes.
BalasHapusjangankan disamarinda, disekitar jakarta saja sering telat kok mas. intinya, kalau mau nonton dibioskop dengan film2 yg uptodate ya di jakarta haha.
BalasHapussaran saya sih lebih baik memang nonton di dvd aja, karena bakal banyak sekali adegan yang dipotong, nudenya bertebaran. :)