Aktor berpengalaman tanah air, Mathias Muchus, kini mencoba hal baru dalam dunia perfilman Indonesia. Kali ini bukan beradu akting, melainkan menyutradaai sebuah film berjudul Rindu Purnama.
Untuk film perdananya ini, ia mengambil tema yang cukup familiar dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan sebuah masyarakat yang penuh cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
Ketika Rindu (Salma Paramitha) dan teman-temannya diburu oleh aparat akibat mengamen di jalanan, ketergesa-gesaan dan kecepatan kadang kurang menjadi kombinasi yang diperhatikan. Rindu tertabrak mobil di jalan saat berupaya meloloskan diri dan mengalami amnesia ringan. Beruntung sang penabrak, Pak Pur (Landung Simatupang), seorang supir yang bertanggung jawab, membawa Rindu kerumah majikannya, Pak Surya (Tengku Firmansyah). Surya yang (pada awalnya) tak suka dengan anak kecil yang rewel dan manja pun terusik dengan keberadaan Rindu dirumahnya. Akhirnya Surya pun mengultimatum pak Pur agar secepatnya mengekstradisi Rindu ke tempat asalnya.
Keadaan Rindu yang mengalami amnesia ringan, membuat ia bahkan tak sanggup mengingat nama dan tempat tinggalnya. Hal ini mengetuk nurani terdalam pak Pur antara meninggalkan Rindu di jalanan, atau membawanya kembali pulang. Dan ketika Surya masih menemukan Rindu dirumahnya, Surya memilih untuk bertindak dengan caranya sendiri. Sadar tak disukai oleh si pemilik rumah, membuat Rindu akhirnya melarikan diri. Hal ini justru tak membuat Surya lompat kegirangan karena tak usah repot-repot lagi. Ia justru merasa sangat bersalah. Sebagai seorang pekerja kantoran teladan yang dekat dengan tuhan, ia merasa hubungannya dengan makhluk tuhan lain bernama anak kecil sama sekali tak terjalin baik. Dan setelah kejadian pelarian Rindu, ia sangat ingin sekali menciptakan hablum minannas yang sempurna.
Keadaan Rindu yang mengalami amnesia ringan, membuat ia bahkan tak sanggup mengingat nama dan tempat tinggalnya. Hal ini mengetuk nurani terdalam pak Pur antara meninggalkan Rindu di jalanan, atau membawanya kembali pulang. Dan ketika Surya masih menemukan Rindu dirumahnya, Surya memilih untuk bertindak dengan caranya sendiri. Sadar tak disukai oleh si pemilik rumah, membuat Rindu akhirnya melarikan diri. Hal ini justru tak membuat Surya lompat kegirangan karena tak usah repot-repot lagi. Ia justru merasa sangat bersalah. Sebagai seorang pekerja kantoran teladan yang dekat dengan tuhan, ia merasa hubungannya dengan makhluk tuhan lain bernama anak kecil sama sekali tak terjalin baik. Dan setelah kejadian pelarian Rindu, ia sangat ingin sekali menciptakan hablum minannas yang sempurna.
Setelah beberapa waktu menganalisis kemungkinan-kemungkinan tentang kemana Rindu melarikan diri, akhirnya mengerucutkan pencarian dimana Surya bertemu Sarah (Ririn Ekawati), seorang pemilik rumah singgah tempat Rindu dan teman-temannya bermukim. Kesibukan Surya dan Sarah yang bersama-sama mencari Rindu, diketahui Monik (Titi Sjuman), seorang putri dari pimpinan perusahaan tempat Surya bekerja, dan cemburu berat. Beruntungnya, Monik punya senjata ampuh untuk memisahkan hubungan antara Surya dan Sarah, dan Surya mencoba menangkalnya dengan suara hati, yang ternyata menakjubkan.
Walaupun ini adalah debut perdana Mathias Muchus sebagai sutradara, Rindu Purnama terlihat seperti ditukangi oleh sutradara berpengalaman. Di beberapa sektor memang masih terdapat poin-poin yang harus diperhatikan. Seperti pada saat memukul gong, seharusnya ia bisa memukulnya dengan pukulan yang lebih nyaring dan memekakkan, walaupun memang sudah sangat keras. Tapi itu tak menjadi masalah serius. Pemilihan para pemeran film ini sangat jitu, dan sepertinya menjadi kunci utama mendongkrak kehebatan Rindu Purnama. Kemampuan Tengku Firmansyah sudah tak usah diperdebatkan. Titi Sjuman dan Ririn Ekawati juga menampilkan kegemilangannya. Dan yang cukup banyak menyita perhatian saya adalah para pemeran anak kecil yang sangat mengagumkan. Farril Ramadhan jadi favorit saya.
Walaupun ini adalah debut perdana Mathias Muchus sebagai sutradara, Rindu Purnama terlihat seperti ditukangi oleh sutradara berpengalaman. Di beberapa sektor memang masih terdapat poin-poin yang harus diperhatikan. Seperti pada saat memukul gong, seharusnya ia bisa memukulnya dengan pukulan yang lebih nyaring dan memekakkan, walaupun memang sudah sangat keras. Tapi itu tak menjadi masalah serius. Pemilihan para pemeran film ini sangat jitu, dan sepertinya menjadi kunci utama mendongkrak kehebatan Rindu Purnama. Kemampuan Tengku Firmansyah sudah tak usah diperdebatkan. Titi Sjuman dan Ririn Ekawati juga menampilkan kegemilangannya. Dan yang cukup banyak menyita perhatian saya adalah para pemeran anak kecil yang sangat mengagumkan. Farril Ramadhan jadi favorit saya.
Ketika film lainnya sibuk dengan erotisme murahan pada malam bulan purnama yang mencekam, Rindu Purnama, adalah suguhan tanah air yang sungguh menyejukkan, ditengah keringnya kualitas film dalam negeri saat ini.
9,4/10
9,4/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar