“I have patient who never should have gotten married. And you are not
those people.”
Wajar bila hubungan
suami-istri tak selamanya adem ayem bak teduhnya pohon Trembesi di Kebun Raya Bogor.
Termasuk bila tak ada lagi getaran pada pagi hari ketika prosesi sarapan
berlangsung, dan ketika malam hari saat keduanya meluncur begitu saja memasuki kamar tidur masing-masing.
Tetapi durasi hal tersebut mengganggu Kay
(Meryl Streep). Apalagi sang suami,
Arnold (Tommy Lee Jones), tak menunjukkan tanda-tanda ingin me-rebuild pernikahannya. Pergi menemui
konsultan pernikahan, Dr. Bernard Feld (Steve Carell), adalah ide yang
ditawarkan Kay pada Arnold dan tentu saja awalnya Arnold menolak mentah-mentah
rencana klise itu—juga perkara biaya konsultasinya yang tak murah—meski akhirnya
ikut juga.
Sementara Arnold terus ngedumel dan Kay senantiasa memerhatikan, Dr.
Feld menyodori beberapa pertanyaan yang kadang membuat keduanya tergeragap,
tentunya juga dengan nasihat—atau perintah—exercise
yang harus dilakukan keduanya ketika mereka keluar dari ruang konsul.
Perkembangan-perkembangan dari wejangan Dr. Feld yang mereka lakukan—meski kadang
tak melulu lancar—pelan-pelan membuat keduanya sedikit banyak memahami apa yang
sebetulnya selama ini ingin mereka rasakan dan tidak mereka rasakan.
Ini adalah drama
keluarga yang mendung, namun terbalut oleh gelora optimisme, dengan
sisipan komedi yang sama sekali tidak berlebihan. Sang sutradara, David
Frankel, juga amat terbantu dengan jajaran pemain yang diisi oleh Tommy Lee Jones, Meryl Streep,
dan Steve Carell yang begitu brilian. Bagaimana chemistry Kay dan Arnold sebagai suami-istri, juga keduanya dengan sang
konsutan, Dr. Feld. Begitu solid dan terasa amat suai.
Naskah film yang
ditulis Vanessa Taylor ini sebetulnya juga sederhana: suami-istri yang lelah diterpa
kemuraman, dan berusaha menelusuri jejak getar yang hilang. Tetapi sebetulnya
hal itu hanya bagian sekunder di bawah: bagaimana nurani mereka mengatakan
perlu tidaknya satu sama lain.
4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar