“Hey, whoa. Absolutely not.”
“Fine.”
Tiba-tiba suara letusan pistol
terdengar, ditembakkan oleh seorang gadis ABG yang cengar-cengir. Di
hadapannya, seorang lelaki muda terjengkang setelah dadanya menerima sebutir
peluru tadi.
Gadis tersebut adalah Mindy Macready
alias Hit-Girl (Chloë Grace Moretz), si ahli tarung yang baru berusia lima
belas tahun tetapi sanggup membunuh siapapun hanya dengan jari yang dibunuhnya.
Sementara si pemuda terjengkang—yang untungnya memakai rompi anti peluru
itu—adalah Dave Lizewski alias Kick-Ass (Aaron Taylor-Johnson), superhero
bodong yang namanya mencuat karena tindakannya yang terobsesi sebagai pelindung
kaum lemah. Pada adegan penembakan tersebut—dulu adegan ini dilakukan oleh
Mindy dan ayahnya—Dave tengah menimba ilmu pada Mindy.
Sayang, kegiatan mereka belakangan
diketahui Marcus (Morris Chestnut), wali yang kini mengasuh Mindy, yang tak
henti-hentinya berupaya agar Mindy tumbuh seperti sebetul-betulnya gadis
berusia lima belas tahun. Mindy pun akhirnya disibukkan dengan tetek bengek
persekolahan yang menurutnya nonsens: klub dance, rencana party, kencan, dan tentunya pengkhianatan. Sementara kegiatan
menimba ilmu tadi mandek, dalam kekosongannya Dave pun mencari dan akhirnya
menemukan kumpulan orang-orang yang juga kerap menggunakan jubah dan topeng ke
manapun mereka pergi—mereka sendiri terinspirasi oleh Kick-Ass. Jadi kini ia
bergabung bersama Night Bitch (Lindy Booth), Dr. Gravity (Donald Faison),
Battle Guy alias Marty yang karibnya sendiri (Clark Duke) dan Colonel Stars and
Stripes (Jim Carrey) sebagai fasilitator dan pembina. Tentu saja mereka semua
tidak bisa berkelahi, kecuali Sang Kolonel yang mantan mafia dan telah taubat
itu. Kelompok ini bernama Justice Forever.
Sementara di belahan lain, Chris
D’Amico alias The Motherfucker (Christopher Mintz-Plasse)—telah berganti dari
Red Mist—berniat membalas Kick-Ass karena dulu ayahnya dilenyapkan dengan
bazooka. Niat Chris tak main-main, ia mengumpulkan psikopat terlatih dan
membentuk kelompok penjahat super. Motherfucker yang pandir tapi tajir itu
merekrut The Tumor, Gengis Carnage, dan perempuan bertubuh tinggi besar yang
pernah memakan teman satu selnya, Mother Russia. “We are The Toxic Mega-Cunts!”
Telinga Motherfucker semakin panas
karena Justice Forever yang mempunyai Kick Ass, berhasil memberangus mafia
perdagangan wanita—berkat kehebatan Sang Kolonel. Motherfucker dan staff pun
merusuh dan merusuh, sembari terus mencari keberadaan Kick-Ass. Sementara Mindy
yang terus merasa hal-hal keremajaan adalah omong kosong, dengan berat hati
mengikuti permainan teman-temannya—termasuk memberikan mereka
pelajaran—walaupun yang ada di pikirannya cuma satu: menggasak penjahat.
Pada tahun 2010, Kick-Ass lewat
Matthew Vaughn dan Jane Goldman—dari
komik karya Mark Millar dan John Romita Jr.—memiliki ide cerdas
meruntuhkan jarak antara fantasi dan kenyataan. Bagaimana jika superhero
bertopeng yang tanpa skill itu tanpa
rasa takut turun ke jalan? Mengenakan kostum dan mengumumkan dirinya kepada
dunia sebagai "Kick-Ass", yang memiliki semangat kepahlawanan untuk
membersihkan kota. Tentu saja kita semua tahu, ia akhirnya benar-benar remuk
dihajar preman. Pencerah film itu kemudian adalah Hit-Girl, bocah perempuan
kecil yang betul-betul memiliki kemampuan untuk menghajar siapapun.
Tiga tahun kemudian, Jeff Wadlow
yang menulis dan mengarahkan sekuel ini, terkesan manut menyusuri trek tanpa
pernah memberikan kejutan-kejutan tak terduga untuk keluar dari bayang-bayang
film pertama. Ia lebih memilih untuk tidak berkonsentrasi pada karakter
utamanya dan lebih memuat cerita baru. Lebih pada volumenya, bukan
kedalamannya. Kemunculan tokoh Colonel Stars and Stripes yang diperankan oleh
Jim Carrey sebetulnya menarik—itu pun sedikit—tetapi kita akan jauh lebih
peduli pada bagaimana kemudian Mindy menghadapi dunianya yang baru, yang
sayangnya hanya diceritakan ala kadarnya. Sementara Dave masih dalam substansi
yang sama.
Walaupun urusan skenario sebetulnya
tak terlalu mulus, tetapi penggemar Kick-Ass akan tetap merasakan asyiknya film ini. Tentu saja Chloë Grace Moretz
yang menjadi bintang di sini. Karakternya yang dinamis, rentan, dan dipaksa
sibuk mengurusi keusiannya. Ia tak memerlukan banyak usaha untuk menyita
perhatian. Yang menghambatnya hanyalah penceritaan karakternya yang kurang
dalam. Christopher Mintz-Plasse juga baik memainkan peran. Tingkahnya yang
pandir, rasis, bossy, tetapi insecure karena baru saja kehilangan sosok-sosok
yang dicintainya, membuat kita gemas sekaligus bersimpati dengannya. Perhatian
juga mengarah pada Olga Kurkulina yang menjadi Mother Russia. Mantan
binaragawan yang memerankan karakter bengis dan tanpa ampun, dan berpartisipasi
dalam adegan perkelahian sengit satu lawan satu melawan Hit-Girl.
Bagi orang-orang yang sengaja
menonton film ini hanya karena ingin menyaksikan Jim Carrey, jelas akan kecewa karena
sedikitnya porsi tampil dirinya. Sebetulnya kemunculan Carrey sendiri di film
ini juga banyak diperhatikan. Pada bulan Juni, Carrey berkicau di akun
Twitter-nya, "I did Kickass a month
b4 Sandy Hook and now in all good conscience I cannot support that level of
violence ... my apologies to others involve [sic] with the film. I am not
ashamed of it but recent events have caused a change in my heart."
Kasus penembakan di Sekolah Dasar Sandy Hook yang menewaskan 28 orang di
Newtown, Connecticut, Amerika Serikat, memang membuat Carrey sangat vokal pada
masalah kontrol senjata dan kekerasan.
Kick Ass 2 juga akan membelah
penonton: yang menyukainya dan yang membencinya—karena beberapa isu seperti
kekerasan yang berlebihan/masalah moral. Tetapi selama kita betul-betul hanya
mencari senang, kita akan bisa menikmati film ini dengan santai. Film ini tetap
hiburan yang asyik daripada kebanyakan film-film superhero lainnya.
3,5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar