Perjalanan
Kapten Phillips membelah lautan bersama awak kapalnya terlihat adem ayem saja sampai
pada akhirnya ia melihat dua titik kecil yang mendekat ke arah kapalnya pada
radar navigasi. Sejak awal penonton diperlihatkan captain’s itinerary yang menunjukkan Captain Richard Phillips (Tom
Hanks) akan menuju Kenya untuk memimpin kapal kargo Maersk Alabama yang
berisi 20 awak kapal dan 17.000 ton container.
“They're not here to fish,” kemudian
ujar Phillips sembari menyuruh anak buahnya bersiap.
Diangkat
dari buku A Captain’s Duty: Somali
Pirates, Navy SEALS, and Dangerous Days at Sea karya Richard Phillips dan
Stephan Talty, film ini memang kisah nyata Philips yang mengalami pembajakan
kapal oleh kawanan perompak Somalia pimpinan Muse.
Dua
perahu motor butut yang terdeteksi radar tersebut berisi orang-orang—kebanyakan
pemuda—bersenjata yang mencari kapal apa saja yang bisa dibajak. Mereka semua
baru saja dibentak-bentak oleh ajudan bos besar: “Bawakan ia kapal lainnya,
atau kalian akan berhadapan dengannya.” Mereka akhirnya menemukan Maersk
Alabama. Tetapi kemudian salah satu perahu motor putar balik meninggalkan kapal tersebut—berkat kecerdikan Phillips—dan
tinggallah perahu motor yang dikomandani Muse (Barkhad Abdi). Ia dan anak buahnya kemudian berhasil
merangsek, mengambil alih kapal dan melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya
perompak. “Captain, relax.. nobody get hurts. No Al-Qaeda here. Just
bussinees, we want money.” Dan kemudian urusannya jadi panjang.
Selebihnya adalah gelisah-ketegangan.
Lewat negosiasi-negosiasi yang berjalan, bak permainan catur dengan strategi
berat, Phillips dan Muse sama-sama mempunyai rencana-rencana yang harus
dilakukan.
Film ini berhasil masuk
sebagai salah satu nominasi Best Picture
dalam Academy Award tahun ini. Dengan seni peran berkelas dari Tom Hanks dan Barkhad
Abdi, jadi membingungkan karena ketiadaan nama Tom Hanks pada nominasi Best Leading Actor—sementara Abdi masuk
nominasi Best Supporting Actor.
Tom Hanks berhasil memerankan sosok
kapten yang sangat bertanggung jawab pada pekerjaannya dan melindungi awak
kapalnya. Ia berhasil menunjukkan ketenangan dan kewarasan tingkat tinggi seperti
layaknya seorang kapten (Richard Phillips pun diceritakan baru kali itu
dibajak). Wabil khusus pada bagian-bagian akhir, penampilannya adalah kaliber Oscar.
Barkhad Abdi juga brilian. Seorang pimpinan perompak bertubuh ceking yang
pantang mundur, tetapi juga sepi dan terlantar. Ia pintar, tetapi naif. Ia
musuh yang tak segan membunuh, tapi juga berbelas kasih. Semua pada waktu yang
bersamaan. Fakta bahwa ia belum pernah mempunyai pengalaman acting karena sebelumnya hanya menjadi
supir taksi di Minnesota tentu makin membuat kita kagum. Barkhad Abdirahman
sebagai anak buah Muse yang ngeyel juga tampil memukau. Casting director Francine Maisler memang mencari orang-orang
Somalia di sekitar Mineapolis tempat para imigran Afrika bermukim.
Yang dilakukan Paul Greegrass sang
sutradara mirip pada United 93
garapannya. Ia membiarkan kita mengintip secara terpisah kehidupan baik korban
maupun penyerang sebelum konflik. Pada Captain
Phillips kita disuguhi dengan perbincangan Phillips dengan istrinya saat
perjalanan ke bandara yang bukannya membahas ketakutan akan perompak, melainkan
kecemasan akan masa depan anaknya. Lalu kita dibawa ke Somalia: tandus debu dan
kemiskinan, di mana para pemuda bahkan anak bau kencur ikut mengantri berharap
bisa dipilih menjadi perompak oleh Muse dan yang lain. Greengrass tidak harus
mengisi tentang banyaknya kekerasan dan kekacauan di Somalia untuk memberitahu
kita bahwa orang-orang ini memiliki sedikit pilihan dalam hidup.
Sebuah film yang mesti ditonton bagi mereka yang menganggap bajak laut adalah Jack Sparrow.
4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar